Shisha Tak Lebih Baik dari Rokok

Senin, 24 September 2012

Shisha, yang mirip dengan bong yang dipakai untuk mengisap mariyuana, beberapa tahun belakangan ini memang sangat populer. Hal itu terlihat dari makin banyaknya kafe yang menyediakan shisha untuk menarik pengunjung. Shisha merupakan cara menikmati rokok ala Timur Tengah yang menggunakan pipa berbentuk gelas piala dan kandungan air sebagai penyaringnya.

Banyak penikmat shisha yang merasa bahwa menghisap shisha lebih aman dari rokok karena ada filter berupa air. Bahkan, sebagian penggemarnya merasa shisha bukanlah rokok. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Inggris dan The Tobacco Control Collaborating Centre menyanggah anggapan tersebut.

Menurut peneliti, pada saat seseorang mengisap shisha atau rokok herbal, justru kadar karbon monoksida yang dihirupnya tak bisa terukur. Bahkan, dalam satu sesi mengisap shisha, karbon monoksida yang dihirup jumlahnya 4 sampai 5 kali lebih banyak daripada yang dihasilkan oleh sebatang rokok.

Kadar karbon monoksida yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak dan hilangnya kesadaran. Menurut tim peneliti, memang agak sulit mengetahui jumlah karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari sebatang rokok karena perbedaan inhalasi dari tiap individu.

Meski begitu, kadar CO dari napas yang dihembuskan orang yang bukan perokok secara normal kira-kira 3 ppm (per sejuta bagian dari udara), pada perokok ringan kira-kira 10-20 ppm, dan 30-40 ppm pada perokok berat.

Penelitian menunjukkan, penghisap shisha memiliki 40-70 ppm CO dalam napasnya. Jumlah itu berpengaruh pada gangguan sirkulasi darah sekitar 8-12 persen.

"Kami menemukan bahwa satu sesi menghisap shisha yang menggunakan 10 miligram buah tembakau selama 30 menit, atau sesi paling singkat, menghasilkan kadar karbon monoksida empat atau lima kali lebih tinggi daripada merokok," kata Dr Hilary Wareing, Direktur The Tobacco Control Collaborating Centre.

Dengan kata lain, shisha 400-450 kali lebih buruk dari rokok. Selain tingginya kadar CO yang dihirup, Qasim Choudhory, pekerja dari NHS Stop Smoking Service, Inggris, mengatakan bahwa penggunaan pipa shisha secara bergantian bisa jadi medium penyebaran infeksi. "Ada risiko tertular tuberkulosis, herpes, atau infeksi lainnya," katanya

Anemia Pada Bayi Baru Lahir

Anemia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan terlalu sedikitnya jumlah sel darah merah (eritrosit) di dalam darah.

PENYEBAB
Anemia pada bayi baru lahir bisa terjadi akibat: 
# Kehilangan darah
# Penghancuran sel darah merah yang berlebihan
# Gangguan pembentukan sel darah merah.

Hilangnya sejumlah besar darah selama proses persalinan bisa terjadi jika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya (abrupsio plasenta) atau jika terdapat robekan pada tali pusar.
Bayi tampak sangat pucat, tekanan darahnya rendah dan sesak nafas.

Anemia pada bayi prematur biasanya disebabkan oleh hilangnya darah (karena pemeriksaan darah berulang untuk keperluan tes laboratorium) dan berkurangnya pembentukan sel darah merah.
Dalam keadaan normal, sumsum tulang tidak membentuk sel darah merah yang baru selama 3-4 minggu setelah bayi lahir. Anemia akan semakin memburuk karena laju pertumbuhan bayi lebih cepat dibandingkan dengan laju pembentukan sel darah merah yang baru. Tetapi bayi prematur biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala anemia dan keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 bulan.

Penghancuran sel darah merah terjadi pada:
# Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir : sejumlah besar sel darah merah dihancurkan oleh antibodi yang dihasilkan oleh ibu selama janin berada dalam kandungan
# Bayi yang menderita kelainan bentuk sel darah merah, misalnya sferositosis (sel darah merah berbentuk sferis)
# Kelainan hemoglobin (protein pembawa oksigen di dalam sel darah merah), misalnya penyakit sel sabit atau talasemia
# Infeksi selama bayi berada dalam kandungan (misalnya toksoplasmosis, campak Jerman, penyakit sitomegalovirus, herpes simpleks atau sifilis).
Jika sel darah dihancurkan, hemoglobin diubah menjadi bilirubin. Kadar bilirubin yang tinggi di dalam darah (hiperbilirubinemia) menyebabkan sakit kuning (jaundice) dan pada kasus yang berat, bisa menyebabkan kerusakan otak (kern ikterus).

Anemia karena kekurangan zat besi bisa terjadi pada bayi berusia 3-6 bulan jika diberikan susu sapi atau susu formula yang tidak diperkaya dengan zat besi.

PENGOBATAN
Jika kehilangan darah terjadi selama proses persalinan, segera diberikan transfusi darah.

Jika penyebabnya adalah penghancuran sel darah merah yang berlebihan, dilakukan transfusi ganti, dimana darah bayi diganti dengan darah segar. Sel darah merah yang rusak, bilirubin dan antibodi dari tubuh ibu dibuang.

Pada anemia karena kekurangan zat besi diberikan zat besi tambahan.
Jika terjadi gejala anemia yang berat, dilakukan transfusi darah.

Masalah Pemberian Makan & Saluran Pencernaan

Sebagian besar masalah pemberian makan dan gangguan pencernaan pada bayi baru lahir bukan merupakan masalah yang serius dan seringkali menghilang secara spontan atau bisa diatasi dengan melakukan perubahan pada pola pemberian makan.

Regurgitasi & muntah

Bayi sering meludahkan (gumoh, regurgitasi) sejumlah kecil susu ketika atau setelah menyusu, seringkali disertai sendawa. Hal ini adalah normal.
Kadang regurgitasi terjadi akibat terlalu cepat minum dan menelan udara.
Regurgitasi yang sangat banyak bisa terjadi akibat pemberian susu yang terlalu banyak.

Jika susu diberikan melalui botol, regurgitasi bisa dikurangi dengan menggunakan dot yang lebih keras dan lubangnya lebih kecil.
Lebih sering menyendawakan bayi selama menyusu juga bisa membantu, baik pada bayi yang disusui dengan ASI maupun dengan susu botol.

Memuntahkan sejumlah besar susu bisa menunjukkan adanya suatu kelainan.
Muntah memancar yang terjadi secara berulang bisa menunjukkan adanya penyempitan atau penyumbatan pada lubang lambung (stenosis pilorika).
Penyumbatan pada usus halus menyebabkan muntah yang berwarna kehijauan.
Galaktosemia juga bisa menyebabkan muntah.
Muntah disertai demam kemungkinan disebabkan oleh infeksi.

Pemberian makan yang kurang

Bayi yang mendapatkan makanan cukup biasanya setelah pemberian makan akan tenang atau tertidur. Jika pemberian makan kurang, maka 1-2 jam setelah pemberian makan, bayi akan gelisah dan tetap terbangun, terlihat masih lapar.
Pada bayi berumur kurang dari 4 bulan, penambahan berat badan kurang dari 200 gram/minggu adalah rendah/kurang dan bisa menunjukkan adanya pemberian makan yang kurang.

Pemberian makan yang berlebihan

Obesitas di kemudian hari kadang berawal dari pemberian makan yang berlebihan pada masa bayi. Obesitas juga melibatkan faktor keturunan. Peluang terjadinya obesitas pada bayi yang kedua orangtuanya juga obese adalah sebesar 80%.
Jika penambahan berat badan terlalu cepat (berdasarkan grafik pertumbuhan standar) maka sebaiknya dilakukan pengontrolan terhadap kecepatan penambahan berat badan.


Diare

Bayi baru lahir biasanya melakukan buang air besar sebanyak 4-6 kali/hari. Bayi yang mendapatkan ASI cenderung sering mengeluarkan tinja berbusa, terutama jika belum mendapatkan makanan padat.
Yang perlu mendapat perhatian adalah jika bayi memiliki nafsu makan yang jelek, muntah, berat badannya menurun, berat badannya tidak bertambah atau tinjanya mengandung darah.

Infeksi bakteri atau virus bisa menyebabkan diare hebat. Diare akut pada byi paling sering disebakan oleh infeksi.

Diare ringan yang berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan bisa disebabkan oleh: 
# Penyakit seliak : suatu penyakit keturunan, dimana gluten (protein di dalam gandum) menyebabkan terjadinya reaksi alergi pada lapisan dalam usus sehingga penyerapan lemak menjadi jelek.
Penyakit seliak menyebabkan malnutrisi, nafsu makan yang buruk dan tinja berbau busuk yang berwarna pucat.
Untuk mengatasi penyakit ini, penderita tidak boleh mengkonsumsi segala jenis gandum.
# Fibrosis kistik : suatu penyakit keturunan, dimana terjadi gangguan fungsi beberapa organ, termasuk pankreas.
Pankreas tidak menghasilkan sejumlah enzim yang cukup untuk mencerna protein dan lemak. Tanpa enzim pencernaan yang sesuai, tubuh akan membuang banyak protein dan lemak dalam tinjanya, sehingga terjadi malnutrisi dan hambatan pertumbuhan. Tinjanya sangat banyak dan berbau busuk.
Untuk mengobatinya diberikan ekstrak pankreas.
# Malabsorbsi gula, terjadi pada bayi yang mengalami kekurangan enzim usus tertentu untuk mencerna gula tertentu, misalnya enzim laktase untuk mencerna laktosa.
Infeksi usus menyebabkan kekurangan enzim yang sifatnya sementara, sedangkan penyakit keturunan menyebabkan kekurangan enzim yang sifatnya permanen.
Keadaan ini bisa diatasi dengan tidak mengkonsumsi gula tertentu.
# Alergi susu kadang menyebabkan diare, muntah dan darah dalam tinja. Gejalanya akan menghilang jika susu formula diganti oleh susu kedelai. Tetapi beberapa bayi yang alergi terhadap susu formula juga alergi terhadap susu kedelai. Bayi hampir tidak pernah alergi terhadap ASI.


Sembelit

Anus pada bayi yang berumur kurang dari 3 bulan mungkin sempit, sehingga bayi harus mengedan dan tinja yang keluar sangat tipis.
Hal ini bisa diatasi dengan cara melebarkan anus dengan jari tangan sebanyak 1-2 kali/hair.

Tinja yang besar bisa merobek lapisan anus (fissura anus) sehingga ketika buang air besar akan timbul nyeri dan kemungkinan di dalam tinja akan terdapat sejumlah kecil darah berwarna merah terang.
Adanya fissura bisa dilihat pada pemeriksaan anoskopi. Tanpa pengobatan khusus, fissura akan segera membaik. Bisa juga diberikan pelunak tinja yang ringan.

Sembelit berat yang menetap, terutama jika mulai timbul sebelum bayi mencapai usia 1 bulan, bisa menunjukkan adanya gangguan yang serius. Misalnya penyakit Hirschsprung (kelainan saraf yang disertai dengan usus yang berukuran besar) atau kelenjar tiroid yang kurang aktif.